A.
Keselarasan Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai
suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi
tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi kurikulum yang utama adalah
tujuan, isi, materi, proses atau sistem penyampaian dan media serta evaluasi.
Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
Suatu kurikulum harus memiliki
kesesuaian. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama, kesesuaian antara
kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat.
Kedua, kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum, yaitu sesuai dengan
tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai
dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.[1]
1.
Komponen
Tujuan
Tujuan
merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan meliputi
tujuan domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik. Hal ini dicapai
dalam rangka mewujudkan lulusan dalam satuan pendidikan sekolah yng sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik disebut dengan tujuan lembaga
(institusional).
Tujuan
kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama, perkembangan tuntutan,
kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua didasari oleh pemikiran-pemikiran dan
terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis. Secara hirarki tujuan pendidikan
tersebut dapat diurutkan sebagai berikut :
a.
Tujuan
pendidikan Nasional
b.
Tujuan
Institusional
c.
Tujuan
kurikuler
d.
Tujuan
intruksional
Tujuan kurikulum dirumuskan dengan mempertimbangkan beberapa
faktor:
·
Tujuan
Pendidikan nasional, karena tujuan ini menjadi landasan bagi setiap lembaga.
·
Keselarasan
antara tujuan kurikulum dan tujuan lembaga pendidikan.
·
Kesesuaian
tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat. atau lapangan kerja.
·
Keselarasan
tujuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
·
Keselarasan
tujuan kurikulum dengan sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
2.
Bahan
Ajar
Komponen
bahan ajar berisi materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Isi atau materi tersebut biasanya berupa materi
bidang-bidang studi seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan
sebagainya yang diuraikan dalam bentuk topik atau pokok bahasan. Bidang-bidang
studi tersebut diatas disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan
yang ada.
Dalam
melaksanakan pembelajaran guru harus mendorong siswa melakukan interaksi yang
produktif dan memberikan pengalaman yang dibutuhkan. Kegiatan tersebut
dirancang dalam suatu rencana mengajar yang mencakup komponen: tujuan khusus,
sekuens bahan ajar, strategi mengajar, media, sumber belajar dan evaluasi hasil
mengajar. Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan
bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub-subtopik tertentu.
Tiap topik atau subtopik mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Topik atau subtopik tersusun dalam sekuens tertentu yang
membentuk suatu sekuens bahan ajar.
3.
Strategi
Mengajar
Penyusunan
sekuen bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode mengajar. Ketika
guru menyusun sekuen suatu bahan ajar maka harus memikirkan strategi mengajar
mana yang sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.
Ada
beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974: 93-97)
membagi strategi mengajar itu atas exposition- discovery Learning dan Groups –
Individual Learning.
·
exposition
– discovery learning
Dalam
hal ini, seluruh bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk jadi baik
secara lisan maupun tertulis. Siswa tidak dituntut untuk mengolah atau
melakukan aktivitas kecuali menguasainya. Dalam discovery learning bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, artinya siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, mengkategorikan, menganalisis,
mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
·
Group
– Individual Learning
Pelaksanaan
discoveri learning menuntut aktivitas belajar yang bersifat individual atau
dalam kelompok-kelompok kecil.
4.
Media
mengajar
Media mengajar
merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk
mendorong siswa belajar. Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran.
Media merupakan perantara untuk menjabarakan isi kurikulum agar lebih mudah
dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media
dalam mengajar secara tepat terhadap pokok bahasan yang disajikan kepada peserta
didik akan mempermudah peserta didik dalam menanggapi, memahami isi sajian guru
dalam pengajaran. Dengan perkataan lain ketepatan pemilihan media yang
digunakan guru akan membantu kelancaran dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Dari keterangan
di atas dapat diketahui bahwasanya fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti bahwa sebagai alat
pendidikan kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat
mendukung operasinya secara baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
komponen pokok kurikulum meliputi (1) komponen tujuan, (2) komponen isi/materi,
(3) komponen strategi, (4) Komponen Media. Sedangkan yang termasuk komponen
penunjang adalah: sistem administrasi dan supervisi, pelayanan bimbingan dan
penyuluhan serta sistem evaluasi.[2]
B.
Prinsip Relevansi Eksternal Keselarasan Kurikulum
Kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti, bahwa kurikulum harus
selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang membangun. Pengembangan
kurikulum harus didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal
ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat,
bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat
memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Adapun prinsip relevansi eksternal
bahwasanya pendidikan dapat dipandang sebagai invested of man power resources.
Oleh karena itu, lulusan dari pendidikan harus memiliki nilai relevansi dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Untuk dapat menghasilkan lulusan pendidikan
yang memiliki nilai relevansi tersebut diperlukan kurikulum yang dapat
mengantisipasi apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Apabila kualifikasi
lulusan suatu lembaga pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat maka lulusan
atau hasil pendidikan tersebut memiliki nilai relevansi yang memadai.
Dengan kata lain, relevansi adalah
kesesuaian, keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat. Pendidikan
dikatakan relevan jika hasil pendidikan tersebut berguna secara fungsional bagi
masyarakat. Masalah relevansi pendidikan dengan masyarakat dalam pembicaraan
ini berkenaan dengan:
1.
Relevansi
pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik.
Relevansi
pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik berarti bahwa dalam
mengembangkan kurikulum atau dalam menetapkan bahan pengajaran yang diajarkan
hendaknya dipertimbangkan atau disesuaikan dengan kehidupan nyata di sekitar
peserta didik. Misalnya sekolah yang berada di daerah perkotaan, maka kondisi
perkotaan hendaknya diperkenalkan kepada peserta didik. Demikian pula, sekolah
yang berada di daerah pantai maka kondisi pantai hendaknya diperkenalkan kepada
peserta didik melalui proses belajar-mengajar dan sebagainya.
2.
Relevansi
pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.
Apa
yang diajarkan kepada siswa pada saat ini hendaknya bermanfaat baginya untuk
menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, kurikulum
hendaknya disesuaikan dengan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Misalnya cara yang dipergunakan untuk menghitung angka, kalu waktu dulu masih
menggunakan lidi atau jari, setelah adanya kalkulator atau komputer maka segala
perhitungan yang rumit dapat dihitung melalui kalkulator atau komputer.
3.
Relevansi
pendidikan dengan tuntutan dunia kerja.
Di
samping relevansi dari segi isi pendidikan, hal yang juga dipertimbngkan
relevansinya adalah berkenaan dengan relevansi segi kegiatan belajar. Kurangnya
relevansi segi kegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalam
menghadapi tuntunan dari dunia pekerjaan. Dengan kata lain, pelajaran secara
teoritik dan praktek harus berjalan sebaik mungkin. Jadi relevansi pendidikan
dengan kehidupan dunia kerja bukan hanya dari segi bahan atau isi tetapi juga
meyangkut segi belajar dan pengalaman belajar.
4.
Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang dengan laju yang begitu cepat.
Oleh karena itu, pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dan bahkan dapat
memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut. Jalan yang hendak ditempuh adalah bahwa pendidikan (kurikulum) harus
dapat menyiapkan peserta didik untuk dapat menjadi produsen ilmu pengetahuan
bukan sebagai konsumen ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar