PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN
1. Mengapa
peran penting perempuan dalam pendidikan islam tidak terungkap dalam sejarah
islam dibandingkan dengan kaum pria ?
Peran wanita dalam bidang pendidikan pada dasarnya memperkuat
kinerja proses pendidikan para laki-laki. Sangat menyedihkan bahwa peran ini
begitu diabaikan dan diremehkan. Dengan sifatnya sebagai selimut spiritual dan
psikologis manusia. Banyak sekali para kaum hawa yang berperan dalam pendidikan
islam mulai dari zaman Nabi hingga seterusnya. Namun dari segi keterungkapannya
ada diskriminasi antara peran wanita dan laki-laki. Bahwasanya peran penting
perempuan dalam pendidikan islam tidak begitu teruak dibandingkan dengan kaum
pria. Padahal sejarah membuktikan banyak para tokoh wanita yang sangat berperan
terutama pada zaman nabi, termasuk para istri nabi sendiri. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan adanya hal tersebut, terutama dari permasalahan gender yang
menyatakan bahwa wanita itu lemah dan sumber kemafasidan. Dengan melihat
kelemahan pada wanita maka menimbulkan gagasan-gagasan lain yang menyatakan
bahwa adanya keterbatasan sumber daya serta kurang inisiatif pribadi pada pihak
perempuan. Selain itu dalam proses pendidikan wanita belum mendapatkan wadah
yang kuat dan terorganisasi layaknya laki-laki. Peran wanita lebih
dicenderungkan sebagai pendidik anak-anaknya atau sekedar berperan sebagai ibu
rumah tangga saja tidak lebih dari itu. Padahal jika dilihat pemahaman wanita
itu lebih baik.
Disadari bahwa peran wanita tidak begitu terungkap dalam lembar
sejarah dunia islam, khususnya pasca masa Rosululloh dan sahabat. Namun wanita
sering didiskusikan dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam bidang pendidikan.
Akan tetapi perempuan hanyalah sebagai subyek pembahasan tidak terlibat dalam
wacana pemikiran. Oleh karena itu wajar apabila di buku-buku atau kitab-kitab,
indeksnya dipenuhi dengan nama laki-laki. Sedangkan nama perempuan hanya
disebut apabila kajian itu membahas tentang sejarah perempuan. Sejarah ulama
perempuan adalah sejarah yang gelap. Dalam budaya Romawi wanita tidak
mendapatkan posisi terhormat. Sedangkan pandangan orang arab kuno terhadap
wanita dapat kita cermati dari sebuah ayat Al-Qur’an an-Nahl: 58-59 :
58. Dan apabila seseorang
dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah
padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
59. Ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya
apa yang mereka tetapkan itu.
2.
Mengapa
pendidikan pada zaman umar lebih maju dibandingkan dengan khulafaur Rosyidin
dan indikator pendidikannya apa saja ?
Latar belakang kemajuan pendidikn islam pada zaman umar adalah karena kecerdasan,
bijaksana dan kekreatifan beliau sehingga sempat memperoleh julukan “Abu Faiz”.[1] Pada masa beliau telah ada
pusat-pusat pembelajaran sehingga memudahkan umat islam dan para muallaf untuk
menimba ilmu pengetahuan. Pada masa ini pula telah terjadi mobilitas penuntut
ilmu dari berbagai daerah yang jauh dari Madinah. Dengan demikian pelaksanaan
pendidikan pada masa kholifah Umar bin Khottob lebih maju, sebab selama Umar
memerintahkan negara berada dalam keadaan stabil dan aman. Hal ini disebabkan,
disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pembelajaran juga telah
dibentuk pusat-pusat pendidikan islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan,
baik dari segi ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu lainnya. Pada masa Umar
pendidikan sudah lebih meningkat dimana para guru sudah diangkat dan digaji
yang diambil dari baitul Mall untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
Usaha Umar lebih luas dibandingkan dengan usaha Abu bakar. Kholifah membentuk
dewan-dewan pemerintahan serta mengatur tata tertib kehidupan masyarakat.
Dengan demikian pemerintah Umar lebih maju diantara keempat zaman
khulafaurrosidin.
Indikator pendidikan pada masa kholifah Umar adalah meliputi
pengembangan kompetensi umat. Pada mulanya kompetensi yang diajarkan kepada
umat hanya mencakup aspek kognitif saja. Seperti belajar membaca Al-Qur’an,
tafsir, hadits dan fikih. Setelah masa beliau kompetensi berkembang menjadi
kognitif dan psikomotorik. Bentuk pengembangan kompetensi psikomotor adalah
umat diajari memanah, berenang, berkuda dll. Disamping itu beliau menegakkan
keimanan, meruntuhkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan
mematikan bid’ah.
Referensi :
Arif setiawan. 2002. Islam di Masa Umar bin Khotob, Jakarta: Hijri
Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar