1. Apa
sebab keruntuhan dinasti bani ummayah dan abbasiyah dari kacamata pendidikan
islam ?
Pada masa dinasti Ummayah dan Abbasiyah pendidikan islam berkembang sangat pesat.
Tokoh-tokoh pendidik juga semakin maju dan berkembang. Ditunjang dengan
sarana-prasarana yang semakin memadai pula. Namun dibalik kemajuan di bidang
pendidikan islam ini, kedua dinasti tersebut mengalami keruntuhan pada bidang
politik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keruntuhan kedua dinasti
tersebut dilihat dari kacamata pendidikan.
Pada masa Dinasti Abbasiyah kemunduran dalam bidang sosial politik
awalnya adalah rapuhnya penghayatan pendidikan islam, terutama yang terjadi di
kalangan para penguasa di istana. Bagi mereka pendidikan islam hanya sekedar
diamalkan dari segi formalitasnya saja. Akibatnya para pemerintah istana
memarjinalisasikan agama dalam kehidupannya. Sehingga mengakibatkan munculnya
penyakit rohani yang sangat menjijikkan seperti keserakahan dan tamak terhadap
kekuasaan dan kehidupan dunia.
Faktor lain yang menjadikan dinasti ini runtuh manakala dilihat
dari kacamata pendidikan islam adalah adanya krisis dalam bidang keagamaan.
krisis ini berpangkal dari suatu pendirian sementara ulama jumud (konservatif)
yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Untuk menghadapi berbagai
permasalahan kehidupan umat islam cukup mengikuti pendapat para imam madzhab.
Kondisi dunia islam yang dipenuhi oleh ulama-ulama yang berkualitas dibuatnya
redup.
Akibatnya pula dari kekrisisan tersebut menyebabkan krisis ilmu
pengetahuan dan pendidikan islam yang megakibatkan pada dampak kemunduran
dinasti Abbasiyah.
Selanjutnya adalah adanya perang salib yang membawa kaum nasrani
Spanyol yang sama sekali belum dapat menghargai betapa tingginya nilai ilmu
pengetahuan. Pusat-pusat ilmu pengetahuan baik yang berupa perpustakaan maupun
lembaga-lembaga pendidikan diporakporandakan dan dibakar. Akibatnya dunia
pendidikan tidak mendapat ruang gerak yang memadai. Lembaga-lembaga pendidikan
tingkat tinggi yang ada sama sekali kepada mahasiswanya untuk melakukan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Akhirnya akibat dari krisis dunia pendidikan, politik dan
ekonomi menyebabkan mundurnya dinasti
Abbasiyah.
Sedangkan pada masa Dinasti Ummayah kemundurannya disebabkan karena
tidak adanya kolaborasi antara umaro’ dan para ulama’. Salah satu faktor utama
yang menyebabkan kemunduran dinasti Ummayah adalah keadaan politik suatu
peradaban.[1] Umar bin abdul Aziz,
Kekuasaan Bani Ummayah dilanjutkan oleh yazid bin Abdul Malik(720-724).
Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada masa itu
berubah menjadi kacau, karena dilatar belakangi oleh kepentingan etnis politis.
Lalu dilanjutkan Hisyam bin abdul Malik (724-743), pada masa inilah muncul satu
kekuatan baru. Setelah Hasyim meninggal, penerus kholifah selain lemah juga
buruk moralnya. Akhirnya Pemerintahan Bani Ummayah digulingkan dan berakhir.
Ada faktor intern dan ekstern yang menyebabkan keruntuhan ini. Faktor intern
adalah kholifah memiliki kekuasaan yang absolut. Kholifah tidak mengenal
kompromi, termasuk dengan para ulama’
serta gaya hidup mewah para kholifah. Sedangkan faktor ekstern adalah tidak
adanya ideologi pemersatu. Para Ulama’ merasa kecewa dengan pemerintahan
dinasti Ummayah karena corak pemerintahannya yang sekuler. Begitu pula Ulama’
kecewa karena perhatiannya terhadap pendidikan islam kurang.
2.
Mengapa
kebijakan bani ummayah terjadi diskriminasi dalam dunia pendidikan antara
masyarakat yang berekonomi rendah dengan kaum bangsawan dan implikasinya
terhadap kemajuan peradaban Ummayah?
Pada masa bani Ummayah terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda
sistem dan kurikulum, yaitu pendidikan khusus dan umum. Pendidikan khusus
adalah pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan bagi anak-anak khalifah
dan anak-anak pembesarnya. Dan begitu pula sebaliknya. Kurikulum diarahkan
untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintah atau hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pemerintahan.[2] Adapun rencana
pembelajaran pada pendidikan istana adalah menulis, membaca Al-Qur’an dan
hadits, bahasa arab, syair-syair yang baik, sejarah bangsa arab, dan
peperangannya, adab kesopanan dalam pergaulan, pelajaran ketrampilan
menggunakan senjata, menunggang kuda dan kepemimpinan berperang. Tempat
pendidikan istana ini dilakukan di dalam istana. Guru-gurunya ditunjuk oleh
kholifah dengan mendapat jaminan hidup yang lebih baik.
Sedangkan pendidikan umum adalah pendidikan untuk rakyat biasa.
Pendidikan ini merupakan lanjutan dari pendidikan yang telah dilaksanakan sejak
zaman nabi. Pendidikan dilaksanakan di Kuttab dan masjid. Umumnya pelajaran
diberikan guru kepada murid satu-persatu baik pemula atau menengah. Pada
tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dengan model halaqoh. Yang
bertanggung jawab pada pendidikan rakyat ini adalah para ulama’. Mereka bekerja
atas dasar tanggung jawab agama, bukan atas dasar perintah dari kerajaan. Karena
itu mereka tidak memperoleh jaminan hidup (gaji) dari pemerintah.[3]
Kebijakan tersebut mempunyai tujuan tertentu. Tujuan dari kedua
pendidikan tersebut akan diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan istana bertujuan
untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran yang ditunjang oleh
keyakinan agama. Adanya perbedaan tujuan pendidikan menunjukkan adanya
perbedaan pandangan hidup. Yang pertama yakni pendidikan istana menghasilkan
pimpinan formal yang didukung oleh jabatan kenegaraan dengan wibawa kekuasaan.
Sedangkan yang pendidikan rakyat bertujuan untuk menghasilkan pimpinan informal
yang didukung oleh kharisma dan ilmu pengetahuan.
3. Mengapa
Harun Al-Rasyid itu menghadirkan kebijakan pendidikan filsafat bersanding
dengan pendidikan fikih (untuk kepentingan politik atau pendidikan) ?
Filsafat pada masa itu berkembang bersamaan dengan ilmu keagamaan.
Pada dasarnya tujuan penyandingan tersebut untuk mengembangkan bidang
pendidikan. Bahwa saat itu karya-karya seperti buku dan penerjamahan semakin
berkembang pesat. Untuk dapat menguji kebenaran sebuah buku diperlukan bantuan
logika, epistimologi dan filsafat. Namun pengetahuan yang hanya dipompa oleh
science dan filsafat bagaikan tanah yang kelihatan tandus. Pikiran manusia
memerlukan siraman dengan cara menghadirkan pendidikan filsafat yang
disandingkan dengan pendidikan fikih. Pada masa itu pula bidang fikih telah
muncul berbagai madzhab, yaitu Maliki, Hanafi, Hambali dan Syafii. Diantara
madzhab tersebut berbeda-beda dalam melakukan ijtihad ada yang berdasarkan atas
dalil naqli dan aqli (rasional). Hadirnya filsafat yang bersamaan dengan fikih
adalah untuk menyelaraskan antara keduanya, demi kemajuan bidang pendidikan.
Pada kedua pendidikan tersebut sngat menjunjung tinggi nilai akal.
Referensi :
Badri Yatim. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Zuhairini. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta.
Ali Al-Jumbulati. 2004. Abdul Futuh, At-Tuwaanisi, Perbandingan
Pendidikan Islam Yokyakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar