Senin, 01 Juni 2015

Pengantar Ilmu Arud dan Qowafi



A.    Pengertian Syiir
Syiir adalah suatu kalimat yang berirama dan bersajak yang mengungkapkan tentang suatu khayalan atau imajinasi yang indah dan terkadang melukiskan fenomena yang ada. Macam-macam syiir ada tiga macam :
·         Multazim (Tadisional)
Terikat dengan aturan wazan dan qofiyah (irama & sajak).
·         Mursal (Mutlak)
Terikat dengan satuan irama dan taf’ilah bukan wazan dan qofiyah.
·         Mantsur (bebas)
Tidak terikat oleh wazan dan fiil.

B.     Sejarah dan Perkembangan Syiir
Kebiasaan orang arab adalah menggubah syiir. Mereka beranggapan bahwa bersyiir adalah kebiasaan yang tradisional yang dipengaruhi oleh kehidupan serta bahasa mereka yang puitis. Awal kemunculan syiir tidak langsung berbentuk sempurna, namun perlahan-lahan terus berkembang menuju kesempurnaan. Syiir arab awalnya berbetuk ungkapan kata besar (mursal) menuju sajak dari sajak menuju syiir yang berbahar ramal, kemudian menuju syiir yang berbahar Razaj. Mulai fase inilah syiir arab dikatakan sempurna. Kemudian dalam tempo lama syiir tersebut berkembang menjadi susunan kasidah yang terikat dengan wazan dan kofyah.
Adapun wazan atau bahar yang pertama kali diucapkandalam syiir arab adalah bahar Ramal. Sebagaimana tampak pada kata-kata yang diucapkan oleh Mudlor bin Nizar ketika tangannya patah akibat jatuh dari untanya. Dalam keadaan sakit dia berkata :
وَايَدَاهْ – وَايَدَاهْ
Akhirnya ucapan tersebut ditirukan oleh kabilah Arab ketika naek unta, sambil berjalan dan mengucapkan : هَيْدَا -     هَيْدَا –
Syair terus berkembang yang awalnya hanya sebatas potongan-potongan sajak tradisional. Terutama saat bermuamalah antara kabilah satu dengan kabilah yang lain, antara negeri satu dengan negeri yang lain. Didukung dengan letak pasar yang sangat jauh antara kota satu dengan kota yang lain, seperti pasar Hajar di kota Bahrain. Perjalanan untuk menuju ke pasar-pasar tersebut ditempuh dengan mengendarai unta dan memerlukan waktu yang cukup lama. Hal inilah yang mengundang mereka untuk berhayal sambil menyakikan lagu sebagai pelepas lelah.
Orang yang pertama kali meletakan benih syiir arab adalah, sekalipun bentuk bait dan irama yang masih sederhana adalah mudlor. Akan tetapi menurut tinjauan ilmu arudl bahwa bentuk bait tersebut sudah dinamakan bait manhuk, yakni bait yang hilang dua pertiganya dan tinggal sepertiganya. Demikian pula baharnya sudah dinamakan bahar ramal.
فاعلات – فاعلات
   Sejak muncul bahar inilah syiir arab mulai mengalami kesempurnaan, karena iramanya sudah teratur dan qofiyahnya atau sajaknya sudah rapi.
     Adapun orang yang pertama kali mengucapkan bahar Rajaz adalah ‘Ady bin Robiah yang terkenal dengan sebutan “Al-Muhalhil” yang hidup di masa pertengahan abad kedua sebelum Hijriyah (491-531M). Ia mendapat sebutan demikian karena halusnya perasaan yang ia tuangkan dalam syiirnya. Dan orang yang pertama kali menyempurnakan bentuk qosidah arab dari segi irama dan sajaknya adalah ‘Adi bin Robiah al-Muhalhil.

C.    Unsur-Unsur Syiir Arab
·         Kalimat/ bahasa syiir   
·         Irama/ Wazan syiir
·         Sajak/ Qofiyah syiir
·         Kesengejaan bersyiir
·         khayalan/ imajinasi
Wazan disebut juga bahr karena keberadaanya menyerupai lautan yang apabila diambil sesuatunya tidak habis-habis. Macam-macam bahr ada 16 diantaranya :
1.      Bahar Thowil
2.      Bahar Madid
3.      Bahar Basith
4.      Bahar Wafir
5.      Bahar kamil
6.      Bahar Hajaz
7.      Bahar Rajaz
8.      Bahar Ramal
9.      Bahar Syari’
10.  Bahar Munsarih
11.  Bahar Khofif
12.  Bahar Mudloro’
13.  Bahar Muqtadlob
14.  Bahar Mujtats
15.  Bahar Mutaqorob
16.  Bahar Mutadarak

D.    Tujuan syiir
Pada zaman Jahiliyah syiir berkisar persoalan tentang pujian, rayuan, ejekan, perumpamaan, semangat, bela sungkawa, dan bangga.
Pada zaman permulaan islam dan pemerintahan Bani Ummayah tujuan syiir adalah sebagai berikut :
·         Penyebaran akidah islam, hukum-hukumnya, petunjuk, anjuran mengikuti agama. Terutama dimasa Rosululloh SAW dan khulafaur Rosyidin,
·         Ajakan untuk berperang dan mensifati kejadian perang tersebut.
·         Al-Hija’ (ejekan) terutama untuk mempertahankan islam, maka para penyair mengejek orang-orang musyrik.
·         Al-Madh (pujian) terutama untuk mengokohkan dasar-dasar pemerintahan islam dan mengagungkan kedudukan para kholifah.
Pada zaman pemerintahan Abbasiyah tujuan syiir islam sudah mulai mengarah kepada hal yang bersifat keindahan, kesenian, lelucon dan bersenang-senang. Dengan demikian pada zaman ini mulai ada perpaduan antara syiir arab klasik dengan syiir arab modern. Sehingga makna yang terkandung di dalam syiir itu menjadi sangat halus dan khayalnyapun sangat indah seperti Abu Nawas.
Pada masa pemerintahan Turki (656-1220 H) rupanya syiir-syiir arab tidak berkembang dan tidak lagi mengalami kemajuan, karena banyak raja dan penguasa tidak punya dzauq syiir. Kemudian masa modern (semenjak pemerintahan Muhammad Ali Pasya) tujuan syiir adalah sama dengan masa sebelumnya yakni berkisar antara pujian, membangkitkan semangat, kebanggaan. Sejak awal abad ke-20 an berangsur-angsur penyair meninggalkan tema-tema tersebut untuk beralih kepada persoalan yang lebih aktual dan relevan seperti tema nasionalisme, humanisme, patriotisme dan lain-lain. Para penyair modern antara lain : Ahmad syauqi, Muhammad Hafidz, Kholil Mathron dan lain-lain.
E.     Macam-macam Syiir
macam-macam syiir antara lain :
·         Syiir multazim/ tradisional
Syiir yang terikat dengan aturan wazan atau qofyah.
·         Syiir mursal/ Mutlak
Syiir yang terikat dengan dengan irama tapi tidak terikat dengan wazan atau kofyah
·         Syiir Mantsur/ Bebas
Syiir yang tidak terikat dengan wazan dan kofyah yang ada tetapi masih terikat dengan satuan wazan khusus yang mirip dengan bentuk prosa.

                                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar